“........beri aku satu kata puisi. Dari pada seribu rumus ilmu yang penuh janjiyang membuat aku terlempar dari bumi yang kukasih.............”
(“Manusia Pertama di Angkasa Luar”, puisi Subagio Sastrowardoyo)
Sekilas, -- dari petikan puisi Subagio Sastrowardoyo diatas – tampak penyairnya anti terhadap teknologi. Padahal, kalau dikaji secara mendalam, tidaklah demikian. Subagio Sastrowardoyo, hendak mengajak pada kita untuk merenungi lebih dalam tentang perjalanan peradaban manusia modern yang acapkali justru membuat ‘ibu bumi’ merintih. Keilmuan yang seharusnya konstruktif, justru berbalik menjadi distruktif.
Oleh karena itu diperlukan suatu keseimbangan antara”prestasi rasional “ dan “prestasi insaniah”. Prestasi rasional kita dapatkan dari pendidikan formal di bangku sekolah. Prestasi insaniah kita dapatkan dari pendidikan budi pekerti, etika, agama, dan seni budaya. Keseimbangan kedua prestasi inilah, yang sangat diperlukan oleh generasi muda Indonesia agar tercipta manusia-manusia unggul yang berbudaya.
Betapa tidak, coba bayangkan andai saja ada seorang pintar tanpa dibekali “prestasi insaniah” maka dengan kemampuan keilmuannya tentu akan membahayakan kehidupan alam semesta dan isinya. Pasalnya, dengan kemampuan keilmuan seorang ahli kimia, tentu tak sulit baginya untuk membuat bom yang bisa menghancurkan sebuah kota.
Berpijak dari pemikiran di atas, maka Bali Culturtech mengajak generasi muda Indonesia untuk berapresiasi terhadap seni budaya bangsa. Tujuannya, selain untuk mengasah “prestasi insaniah” juga untuk menghargai kekayaan budaya bangsa. Kami yakin, seni budaya mampu memberi kontribusi pada kehalusan hati nurani. Karena di dalam seni budaya terkandung makna estetika, yang merupakan inti dari etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar